Semangaaat..
Setelah kehamilan pertama yang diiringi dengan banyak drama karena kehamilan aku dinyatakan BO atau Blighted Ovum walaupun testpack menunjukan tanda postive, kami sepasang sejoli ini ga patah semangat ha ha ha. Dua minggu setelah keguguran dan rahim dinyatakan bersih, kami berdua dirujuk untuk melakukan tes.
Awal Agustus 2014
Aku diminta melakukan test TORCH yang terdiri dari test tokso, clamydia dan rubella. Dan hasilnya adalah tokso dan rubella sudah dalam posisi batas ambang atau borderline, nah ini gimana ceritanya, padahal tidak pernah deket-deket sama kucing apalagi pelihara kucing, aku tahunya kalau TORCH itu disebabkan oleh kucing. Ternyata setelah mendengarkan Dokter Yusfa menjelaskan, cara penularan TORCH salah satunya melalui asupan makanan. Selama satu bulan masa permeriksaan, dokter berpesan agak aku tidak hamil dahulu.
Hasil lab yang menyatakan tokso dan rubella aku pada posisi borderline membuat parno juga, apalagi setelah banyak baca artikel mengenai dua virus itu. Kalau dari makanan yang tidak bersih masuk akal juga karena memang selama ini kami berdua hidup dan kenyang dari makanan yang beli diluar entah itu dikantin kantor, di mall, makanan siap saji, makanan pinggir jalan, makanan abang-abang gerobak dan juga yang pasti makanan warteg.
Yaaaa akhirnya kami berdua memutuskan untuk hidup sehat dengan mulai masak sendiri. Niat memasak ini menjadi rencana besar karena dikosan tidak ada dapur umum. Persiapan dimulai dari nol, beli perkakas masak, kompor sampai bahan dan bumbu starter memasak. Kalau bukan ‘niat banget’ istilahnya udah ga tau apa lagi ha ha ha.. sebulan penuh dijalanin dengan makanan hasil masakan sendiri sampai akhirnya test TORCH kedua. Sebagai informasi, total test lab untuk tokso, clamydia dan rubella pada tahun 2014 dikenakan biaya sekitar 1,8juta.
Akhir Agustus 2014,
Ga sia-sia, hasil torch berikutnya baguuuussss dan dokter menyatakan kalau kami sudah bisa mencoba implementasi lagi bayi, masuk masa subur yang pertama. (disini rasanya jengah banget), dengan polos dan santainya dokter menjadwalkan kapan harus implementasi. Sampai disini proses masih dilalui dengan normal tanpa bantuan obat-obatan dan sebagainya. Dan jika nanti belum berhasil, suami akan menjalani pemeriksaan kondisi perenang-perenangnya dan program kehamilan benar-benar akan dijadwalkan dengan serius.
30 September 2014
Suasana kerjaan yang cukup hectic membuat aku dan suami tidak terlalu fokus ke rencana hamil, semua dijalanin normal dan seperti biasanya saja. Akhir September 2014 aku sempat dikirim training ke Singapure dan melakukan aktivitas dari pagi sampai malam sampai seminggu full dan sepanjang yang aku tau, tidak ada tanda-tanda kehamilan. Hanya saja, aku sudah terlambat dua hari dari jadwal haid.
Di Hari Minggu pagi yang indah setelah seminggu pulang dari training dan sembilan hari molor dari jadwal haid, saatnya melakukan testpack dan taraaaaaa hasilnya dua garis merah terang yang cantik.. Alhamdullilah, kami tidak sempat melakukan program kehamilan. Rasanya sudah sabar ketemu dokter Yusfa lagi bilang ‘saya hamil, dok’.