Bayi perempuan lucu yang diberi nama Rafifa Aziza Wibowo (Ifa) sudah tidak sabar lahir. Lebih cepat 17 hari dari perkiraan dan seminggu lebih cepat dari jadwal perkiraan Caesar. Nah lho kok ada jadwal Caesar. Aku punya sejarah asma. Memangnya kalau punya penyakit asma tidak dapat lahiran normal? Jawabannya Bisa! Dan dokter sudah menyakinkan bahwa aku masih bisa normal dan lagi posisi dede bayi udah bagus. Namun, balik lagi ke keputusan keluarga, orangtua dan juga suami ternyata lebih support kalo aku melahirkan melalui proses Caesar dan tidak mau ambil resiko ditengah perjuangan lahiran normal. Akhirnya, diputuskan tanggal cantik 25 Mei 2015 untuk proses kelahiran. Kenapa pula tanggal 25 Mei 2015, karena dokter menyarankan jika ingin Caesar paling cepat di tanggal 22 Mei (setalah usia janin minimal 38 minggu) yaa dipilihlah tanggal 25 karena sepertinya pas dengan bulan lima dan tahun dua ribu lima belas.
Pilihan caesar atau normal balik lagi ke masing-masing ibu, tidak perlu khawatir melahirkan secara caesar atau normal perjuangannya tetap sama dan tetap akan menjadi ibu. Tidak perlu melebihkan atau mengurangi satu dengan yang lainnya.
Keseruan kelahiran Ifa dimulai Selasa dini hari tanggal 19 Mei 2015. Mulai dari pukul 01.00 perut terasa mulas seperti mau BAB. Tanpa merasa bahwa itu sinyal kontraksi akhirnya aku turuti kemauan perut dan siap-siap layaknya orang hendak BAB. Ternyata.. 5 menit berlalu, rasa mulas hilang.. satu jam berikutnya sekitar pukul 02.00 rasa yang sama kembali muncul. Dan aku melakukan rutin yang sama seperti sebelumnya orang yang hendak BAB. Dan kembali 5 menit kemudian rasa mulas hilang. Satu jam berikutnya juga sama rasa mulas kembali datang dan hilang setiap interval 1 jam. Akhirnya pada pukul 04.30, hasil browsing bersama suami (kehamilan pertama ini kami banyak mengandalkan informasi dari Om google) sepertinya yang aku alami adalah kontraksi siap lahir. Ditengah-tengah panik, selepas solat subuh, panik makin menjadi karena rasa mulas berubah menjadi rasa kram yang sakit luar biasa, intervalnya sekarang sudah 10 menit sekali. Rasa kram nya luar biasa, sebentar tetapi dahsyat.. (duh sayangnya bunda sama Ifa, nak ^^).
Bermotor Ria di Pagi yang Cerah Bersama Kontraksi
Pukul 05.30, diputuskan ke IGD RSIA YPK, perjalanan kesana ditempuh dengan motor bersama pendekar jagoan sekitar 10 menit. Penting untuk mencari tempat bersalin yang dekat dengan rumah (baca : tips memilih tempat bersalin dan dokter kandungan). Selama diperjalanan, kontraksi sudah terasa 2 kali yang berarti intervalnya sudah semakin cepat. Niat kita berdua ke IGD untuk minta obat penghilang kontraksi, setelah sampai di IGD suster di sana nanya, “kehamilannya sudah berapa minggu, Bu?”. Aku jawab, “38 minggu kurang satu hari”. “Kalau begitu Ibu langsung ke KB aja dilantai 2” balas si suster. Lhaaaa.. mau lahiran kok disuruh KB yak @.@ .. nah ini istilah persalinan yang aku sama suami aku ga tau, itu KB maksudnya Kamar Bersalin. Sesampai di KB yang ada malahan diminta aku diminta berganti pakaian dengan pakaian pasien dan diminta rekam jantung bayi, melihat muka aku yang cengo suster nya langsung berkata, “ini hanya 45 menit, Bu. Ga akan lama”. Oke ga lama tetapi hari ini aku perlu ke kantor (maaf in Bunda ya, nak @.@). Selama rekam jantung bayi, mata dan kepala terasa lelah ingin tidur tetapi sepertinya Ifa ingin mengajak bundanya bermain dengan kontraksi-kontraksi.
Empat puluh lima menit rasanya bertahun-tahun. Rasa sakit kontraksi dipadu sama pikiran ke kantor gegara hari itu ada implementasi aplikasi yang memang harus aku kerjakan dan belum sempat aku deligasi ke rekan kerja.
Pengalaman berharga banget untuk delegasi kerjaan sebelum persiapan kelahiran dari jauh-jauh hari!
Melihat reaksi susternya aku mencium kabar yang ga begitu baik kabar baik, waktu suster berkata “Sepertinya Ibu akan lahiran hari ini”. Whaaaaaaaat… tujuh belas hari lebih cepat. Aku bingung, mental nya belum siap, bingung harus ngapain, belum lagi ini jantung makin kenceng deg deg an nya. Prosedur penangananku akhirnya berganti untuk persalinan. Hari itu beruntung, dokter Yusfa ada hari itu dan aku langsung dapat antrian kedua yang dijadwalkan masuk ruangan operasi pukul 10.00 WIB. Karena sudah bukaan dua, suster sempat menanyakan kembali keyakinan kami sebagai calon orang tua untuk Caesar dan pendekar jagoan mengiyakan dengan pasti.
Selanjutnya, aku harus melewati beberapa prosedur untuk persiapan menjalani caesar. Pertama-tama suster menyakan riwayat kesehatan termasuk riwayat keguguran. Selanjutnya, testing alergi antibiotik. Lengan kanan ku diberi suntikan lalu ditandai dengan lingkaran dan diberi penanda waktu suntikan dilakukan. Hasilnya akan dilihat 15 menit kemudian dan alhamdulillah tubuhku tidak menunjukkan reaksi alergi. Setelah itu prosedur dilanjutkan dengan pengambilan spesimen darah dari daun telinga.
Di satu sisi sebenarnya aku sudah tidak sabar juga mau liat dede mungil sudah tumbuh berkembang dengan baik dan sangat kooperatif dalam perutku selama ini. Senang bercampur aduk sama panik dan bingung. Terkadang sangat menyangkan disaat seperti ini aku masih mikirin kerjaan. Alhasil, setelah selesai berganti baju operasi dan sudah siap masuk ke ruangan operasi, tanganku masih sibuk pegang hp untuk menginfokan rekan kantor mengenai kerjaan (sekaligus buat foto dokumentasi ^^), sampai akhirnya suster kesal dan memasang wajah seperti Ibu yang mendapati anaknya melanggar jam pulang malam, sambil berkata “Ibu mau lahiran atau masih mau mainan hp?” @.@. Bye bye Hp dan aku berjalan dibantu oleh suster yang sembari mendorong tiang infus.
Selamat Datang di Ruang Operasi yang Super Dingin
Di dalam ruangan operasi, pendekar jagoan tidak diijinkan masuk. Begitu masuk ruangan operasi, yang terasa adalah dingin, tata ruang berdinding warna putih polos, sebuah ranjang operasi yang berbentuk kaku ditemani dengan alat-alat kedokteran disekitarnya (yang aku tidak tahu apa saja namanya) semakin membuat suasana bertambah dingin (berharap pendekar jagoan ada disini T_T). Pe er pertama adalah waktu dokter mau menyuntikkan anastesi. Butuh dua kali percobaan suntik dan perubahan posisi agar obat anastesi masuk dengan sempurna. Sakitnyaaa luaaar biasaa.. aku termasuk orang yang memiliki toleransi yang besar terhadap rasa sakit tapi untuk kali ini aku bisa katakan sakit dan belum lagi ditambah kontraksi tetap mengiringi seperti suara background. Disaat seperti ini aku teringat sama mami, dan serta merta jadi merasa lebih sayang sama orang tua. Sayangnya bunda sama kamu, nak.
Akhirnya anastesi masuk dan tidak pakai lama kebas mulai berasa. Terima kasih buat suster yang sudah rela aku peluk dengan kencang plus ekstra cengkaman tanganku waktu berusaha membagi rasa sakit disuntik anastesi. Tepat pukul 10.27 WIB, Ifa lahir. Aku melihat dari tempat tidur operasi dimana aku berbaring, Ifa diserahkan oleh dokter Yusfa ke dsa Erlin. Senangnya, melihat tubuh mungilnya tampak sempurna dengan rambut hitam tebal walaupun dari kejauhan.
Namun, kebahagiaan berubah menjadi panik, dibawah penanganan dsa Ifa tampak tidak bergerak dan biru. Tidak terdengar suara tangis. Ifa tergeletak diatas meja infant warmer. Diantara usahaku membuka mata yang terasa berat, aku melihat ada selang kecil yang dimasukkan ke mulut Ifa selanjutnya dokter seperti melakukan gerakan memompa ke mulut Ifa. Air mata mulai mengalir, ingin mendekat tetapi apa daya badan sepertinya begitu pasrah dengan efek anastesi. Dsa dan asisten sama sigapnya, tidak tampak sedikit pun kebingungan dari gerakan mereka.
Satu menit berlalu.. akhirnya terdengar suara tangisan Ifa.. begitu merdunyaaa.. serta merta dr. Erlin langsung membungkus badan Ifa dengan plastik transparan (hal yang baru aku tahu kalau plastik dipakai buat bungkus bayi juga) lalu dibalut lagi dengan kain flanel, balutan yang rapi dan nyaman. Dengan tatapan lembut dan aku yakin sembari tersenyum dibalik maskernya, dr Erlin berkata “Ibu, bayinya kena hiportermia, saya bawa dulu ya nanti baru ketemu lagi sama dede nya?” Sekilas ciuman hangat mendarat di dahi Ifa. Setelah itu aku tertidur dan semua lelah terbawa dalam lelap.
Berpisah sejenak dengan Ifa. Mata sudah tak tertahankan dan hal yang paling menyenangkan setelah perjuangan caesar adalah tidur. Masih dalam kondisi setengah sadar, aku merasa tubuhku hangat. Ini tidur ternyenyak setelah hampir tidak bisa tidur karena kontraksi dan drama persalinan. Selimut tebal warm air yang menggembung membalut seluruh tubuhku yang perlahan membuang rasa dingin yang sudah terlanjur mempel ke tubuhku selama ruangan operasi. Nyaman sekali, terima kasih buat penemu alat ini. Saat bertemu pendekar jagoan di ruang pemulihan, aku hanya bertanya Ifa gimana? Ifa baik-baik saja dan sedang menjalani observasi. Selanjutnya, tidur dengan nyenyak.
Hari yang panjang dan penuh cerita.. kontraksi, kerjaan, drama di ruangan operasi.. sore hari nya pertama kalinya aku pandangi wajah Ifa dengan penuh kekaguman. Makhluk mungil yang berhasil merebut cintaku pada pandangan pertama.
Ayah Bunda sayang Ifa..❤
[…] Delivering The Baby Ifa […]