Salah satu daftar belanja perlengkapan bayi adalah ranjang bayi. Sebenarnya seberapa perlu kita menyediakan ranjang bayi atau crib? Aku termasuk calon orang tua yang memasukkan kerjang bayi kedalam daftar belanjaan sebelum melahirkan.
Beberapa alasan mengapa akhirnya aku memutuskan untuk membeli ranjang bayi (crib) :
- Masih belum ada kamar bayi. Aku tinggal dulu bersama orang tuaku sekitar 3 bulan, karena tidak memungkinkan menambah kamar akhirnya diputuskan membeli ranjang bayi.
- Fisik yang terkuras setelah melahirkan dan kurangnya waktu tidur akan membuat aku harus memaksimalkan waktu tidur seadanya demi kebaikan bersama. Saat aku berusaha untuk bisa deep sleep selama beberapa jam. Saat itulah ranjang bayi berguna. Aku tidak perlu takut melukai Ifa saat aku tidur karena kami tidak berada pada ranjang yang sama.
Ranjang bayi efektif digunakan selama 3 bulan. Memasukj bulan keempat Ifa, udah nda mau lagi bobo di ranjang bayi T_T. Setiap kali Ifa diletakan di ranjang bayi, Ifa akan menangis dan akhirnya selama kurang lebih 4 bulan ranjang bayi hanya digunakan untuk mengganti popok Ifa. Memasuki usia Ifa 8 bulan, senangnyaaa ranjang bayi bisa dimanfaatkan kembali, kali ini kasur ranjang bayi diatur ke posisi paling bawah. Ranjang bayi Ifa berfungsi seperti playground dimana Ifa bisa belajar berdiri dan merambat tanpa bundanya khawatir Ifa jatuh membentur lantai.
Ranjang bayi Ifa bukan ranjang box kayu tetapi box stainless yang bisa dibongkar pasang. Matras tidurnya dapat diatur tinggi rendahnya. Dilengkapi dengan mainan yang dapat memiliki menu putar musik, menu lampu dan menu getaran. Box juga dilengkapi dengan tempat mengganti popok, menggantung perlengkapan bayi dan kelambu panjang. Cukup praktis, efektif, bagus dan harganya terjangkau 😊. Namun, bila Ibu berniat tidur bersama dengan bayi dalam satu ranjang juga tidak masalah karena tidak ada keharusan untuk menggunakan ranjang bayi yang terpisah. Kenyamanan kita yang rasa, bukan? ^.^